A.
Sejarah
Pertama Tanaman Buncis
Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris
L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney bean) atau
kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman
buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran
dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke
Indonesia.
Pembudidayaan tanaman buncis di
Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman
buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar
dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton. Di
Indonesia, buncis polong yang lazim dibudidayakan hanyalah varietas hijau,
dengan biji putih, tipe merambat. Sementara buncis biji yang paling banyak
ditanam, adalah varietas berbiji merah (kacang merah), yang merupakan tipe
tegak. Namun buncis polong, lebih luas pembudidayaannya dibanding buncis biji.
Benih buncis polong tipe merambat, ada yang hibrida eks impor. Ada pula hasil
budidaya breeder Indonesia. Para petani, umumnya memproduksi benih sendiri
untuk keperluan mereka. Benih produksi para petani ini ada pula yang dijual di
kios benih di pasar-pasar tradisional. Benih tradisional ini memang kalah
produktif jika dibanding dengan benih-benih hibrida eks impor. Namun relatif
lebih tahan terhadap penyakit tanaman. Buncis yang ditanam di Indonesia
merupakan hasil produksi dari kurang lebih 100 kultivar yang berasal dari
Hawai, Belanda dan Australia. Varietas buncis yang mempunyai nilai produksi
tinggi adalah Sutera, Horti 3, Lebat-1, Snap Bean G13 Snap 612 dan Sora
Buncis dalam perdagangan dunia
disebut Common bean (Phaseolus vulgaris). Genus Phaseolus sendiri terdiri
dari sekitar 50 spesies, yang seluruhnya berasal dari Amerika Tropis. Paling
tidak ada empat spesies dari 50 spesies Phasealus yang sudah mulai
dibudidayakan sejak sebelum Columbus datang ke benua Amerika. Sekarang, buncis
sudah dibudidayakan di seluruuh dunia, mulai dari kawasan tropis, sub tropis,
gurun bahkan di negeri yang bermusim dingin. Di negeri yang beriklim sub tropis
atau dingin, budidaya buncis hanya bisa dilakukan selama musim panas, atau di
dalam greenhouse. Di kawasan gurun, budidaya buncis juga hanya bisa dilakukan
di dalam greenhouse, atau di alam terbuka namun dengan diberi tanaman pelindung
untuk menahan angin.
B.
Sentra Penanaman
Daerah yang sejak lama menjadi
sentra pertanaman buncis antara lain Kotabatu (Bogor), Pengalengan dan Lembang (Bandung)
dan Cipanas (Cianjur). Sedangkan pusat terbesar pertanaman kacang ijo anatara
lain daerah Garut (Jawa Barat).
C.
Manfaat Tanaman
Peningkatan produksi buncis
mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus
berdaya guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah.
Kacang buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah
dikembangkan.
Kacang jogo/kacang merah yang
dikonsumsi bijinya, mengandung protein 21-27%, sehingga menu makanan yang
terdiri atas campuran nasi dan kacang jogo (90%+10%) merupakan komposisi
makanan yang mencukupi karbohidrat dan protein tubuh.
Selain itu, manfaat buncis lainnya adalah :
·
Buncis merupakan sumber protein nabati yang
sangat penting dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan C,
·
Khasiat buncis adalah mampu melancarkan sistem
pencernaan.
·
Mencegah konstipasi,
·
Menstimulasi sistem kekebalan tubuh secara
alami,
·
Menetralkan gula darah,
·
Mengobati tukak lambung,
·
Mencegah kanker usus besar dan mampu memperkecil
resiko terkena kanker ganas.
D.
Jenis
Tanaman
Taksonomi tanaman buncis
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.
Berikut ini adalah beberapa jenis kacang
buncis dari berbagai segi, diantaranya :
a) Dilihat
dari tanamannya,
Dikenal ada dua macam buncis,
yakni buncis merambat dan buncis tegak. Buncis merambat dibudidayakan dengan
ajir (lanjaran tempat merambat tanaman). Ajir biasanya berupa bilah bambu atau
batang-batang perdu. Sementara buncis tegak dibudidayakan tanpa ajir.
Produktivitas bincis merambat, umumnya lebih tinggi dibanding buncis tegak.
b) Dilihat
dari cara bagian yang dikonsumsi,
Buncis dibedakan menjadi jenis
polong dan biji. Buncis polong dikonsumsi polong mudanya. Polong buncis masih
dibedakan menjadi polong biasa (panjang 12 cm), dan baby buncis (panjang 7 cm).
Baby buncis dipetik ketika ukurannya Buncis biji dibiarkan sampai tua
dikeringkan dan diambil bijinya untuk dikonsumsi. Buncis polong =-]’
umumnya berbiji sedikit, polongnya berdaging tebal, renyah dengan serat yang hampir tidak ada. Buncis biji, berpolong tipis, alot karena banyak seratnya. Tetapi polong jenis buncis ini berbiji banyak dengan ukuran besar-besar. Selain polong dan bijinya, buncis juga bisa dikonsumsi daunnya.
umumnya berbiji sedikit, polongnya berdaging tebal, renyah dengan serat yang hampir tidak ada. Buncis biji, berpolong tipis, alot karena banyak seratnya. Tetapi polong jenis buncis ini berbiji banyak dengan ukuran besar-besar. Selain polong dan bijinya, buncis juga bisa dikonsumsi daunnya.
c) Dari
warna daun, polong dan bijinya,
Buncis juga dapat dikelompokkan
menjadi beberapa macam. Batang, daun dan kulit polong buncis bisa dibedakan
menjadi buncis hijau dan ungu. Variasi warna lebih banyak terdapat pada biji
buncis. Mulai dari buncis biji putih, ungu, hitam, merah, cokelat, kuning pink
dan loreng. Umumnya yang dipasarkan di Indonesia buncis biji merah dan loreng.
Buncis putih, ungu, kuning, pink, cokelat dan hitam, tidak lazim dibudidayakan
dan dipasarkan di Indonesia. Di masyarakat buncis ini disebut sebagai kacang
merah. Selain untuk campuran sayur lodeh, kacang merah juga biasa untuk sup.
Kandungan nutrisi kacang merah per 100 gram adalah: karbohidrat 60 gram, gula 2
gram, serat 25 gram, lemak 1 gram, protein 24 gram, air 12 gram.
E.
Daerah
Tumbuh
A. Iklim
1. Curah hujan
Tanaman buncis dapat
tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 1.500 - 2.500 mm per tahun.
Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir musim kemarau (menjelang musim
hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Pada saat peralihan,
air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal
tanaman buncis, fase pengisian, dan pemasakan polong. Pada fase tersebut
dikhawatirkan terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujan terlalu tinggi.
2. Suhu
Suhu udara yang paling
baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20 - 25°C. Pada suhu kurang dari 20 °C
tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan
sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °C banyak polong
yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar
daripada proses fotosintesis pada suhu tinggi.
3. Cahaya
Cahaya matahari
diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman buncis
membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh
karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan. Kelembaban
Udara Kelembapan udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50 - 60 %
(sedang). Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari
lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembapan yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi
terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis aphis (kutu)
dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembapan 70 - 80 %.
B. Media
Tanam
Jenis tanah yang cocok untuk
tanaman buncis adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik.
Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang
dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun, berwarna hitam, bahan organiknya
tinggi, berstektur lempung hingga debu, remah, gembur dan permeabilitasnya
sedang. Tanah regosol berwarna kelabu, coklat dan kuning, berstektur pasir
sampai berbutir tunggal dan permeabel.
Sifat-sifat tanah yang baik untuk
buncis: gembur, remah, subur dan keasaman (pH) 5,5-6. Sedangkan yang ditanam
pada tanah pH < 5,5 akan terganggu pertumbuhannya (pada pH rendah terjadi
gangguan penyerapan unsur hara). Beberapa unsur hara yang dapat menjadi racun
bagi tanaman antara lain: aluminium, besi dan mangan.
C. Ketinggian Tempat
Tanaman buncis tumbuh baik di dataran
tinggi, pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Walaupun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk ditanam pada daerah dengan ketinggian antara 300-600 meter.
Dewasa ini banyak dilakukan penelitian mengenai penanaman buncis tegak di
dataran rendah ketinggian: 200-300 m dpl., dan ternyata hasilnya memuaskan.
Beberapa varietas buncis tipe tegak seperti Monel, Richgreen, Spurt, FLO,
Strike dan Farmers Early dapat ditanam di dataran rendah pada ketinggian antara
200-300 m dpl.
F.
Pembibitan
1.
Persyaratan Benih/Bibit
Apabila akan mengusahakan suatu usaha pertanaman, maka hal pertama
yang perlu dilakukan adalah pemilihan benih. Benih yang digunakan harus
benar-benar benih yang baik. Benih yang baik berasal dari pohon induk yang
baik. Benih yang baik harus mempunyai persyaratan tertentu yakni: mempunyai
daya tumbuh minimal 80-85%, bentuknya utuh, bernas, warna mengkilat, tidak
bernoda coklat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit,
seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, serta bersih dari kotoran. Benih
yang baik mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuhnya cepat dan merata, serta mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi.
2.
Penyiapan Benih
Memilih benih yang baik agak sulit. Karena itu disarankan untuk
membeli benih yang bersertifikat. Benih ini telah diuji coba oleh balai
pengujian benih, sehingga dijamin kualitasnya. Benih bersertifikat telah banyak
dijual ditoko-toko sarana pertanian.
Benih
yang digunakan untuk penanaman buncis harus benih yang baik, yaitu berasal dari
tanaman induk yang baik pula. Benih yang baik memenuhi persyaratan tertentu,
antara lain mempunyai daya tumbuh minimal 80 %, bentuknya utuh, bernah, warna
mengkilat, tidak bernoda cokelat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama
dan penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, dan bersih dari
kotoran.
Benih buncis yang dibutuhkan dalam jumlah tertentu, tetapi
kadang-kadang benih yang dibeli jumlahnya melebihi yang dibutuhkan. Sehingga,
masalahnya sekarang adalah bagaimana menyimpan kelebihan benih itu. Benih
yang baik mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuh cepat dan seragam, serta mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi. Agar benih C
dengan kelembapan°dapat disimpan lama maka perlu disimpan
pada suhu -18 - 0 relatif 50 - 60%.
Kandungan air benih juga sangat menentukan terhadap daya simpan benih.
Kandungan air yang baik untuk benih sekitar 14 %. Bila persyaratan di atas
sudah terpenuhi maka daya simpan benih dapat mencapai 3 tahun.
G. Persiapan Lahan
1.
Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan adalah semua pekerjaan yang ditujukan pada tanah
untuk menciptakan media tanam yang ideal, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Pembersihan rumput-rumputan, penggemburan tanah, dan pembuatan
parit-parit drainase adalah termasuk pengolahan tanah.
Pembersihan rumput-rumputan (gulma) bermaksud agar tidak terjadi
persaingan makanan dengan tanaman pokoknya. Cara membersihkannya dapat secara
manual, yaitu dengan jalan mencabut gulma dengan tangan, cangkul, cetok atau
traktor (bila lahannya luas). Pemberantasan hama dapat dilakukan dengan
pestisida organik, yaitu dengan bantuan bakteri EM yang berasal dari
pupuk cair organik.
Setelah bersih dari gulma pekerjaan selanjutnya adalah membajak
tanah. Tanah dibajak dan dicangkul 1-2 kali sedalam 20-30 cm. Untuk tanah-tanah
berat pencangkulan dilakukan dua kali dengan jangka waktu 2-3 minggu, untuk
tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan sekali saja.
2.
Pembuatan Bedengan
Selanjutnya untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan dibuat
bedengan-bedengan dengan ukuran panjang 5 meter, lebar 1 meter dan tinggi 20
cm. Jarak antar bedengan 40-50 cm, selain sebagai jalan juga untuk saluran
pembuangan air (drainase). Untuk areal yang tidak begitu luas, mislnya tanah
pekarangan, tidak dibuat bedengan tetapi menggunakan guludan tanah selebar 20
cm, panjang 5 meter, tinggi 10-15 cm dan jarak antar guludan 70 cm.
3.
Pengapuran
Umumnya tanah di Indonesia bersifat asam (pH <7). Untuk
menaikkan pH tersebut diperlukan pengapuran, menggunakan batu kapur kalsit,
gips, kadolomite, atau batu kapur talk. Dosis untuk menaikan pH sebesar 0,1
sebesar 480 kg/ha. Pemberian kapur sebaiknya dilakukan 2-3 minggu sebelum
penanaman, dengan cara sebagai berikut:
a) Tanah digemburkan dengan mencakulnya.
b) Kapur disebar merata.
c) Tanah dicangkul kembali agar kapur dapat bercampur dengan tanah
secara merata.
4.
Pemupukan
Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan
pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 15-20 kg/10 m2 atau kira-kira 3
kaleng penuh bekas minyak tanah. Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk
memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur, airasi dan drainase lebih baik. Cara
menempatkan pupuk kandang maupun pupuk organik ialah dengan menaburkan
disepanjang larikan.
Saat pemberian pupuk dasar, dapat juga dilakukan pemberian
pestisida organik untuk nematoda. Nematoda Meloidogyne sp. sering menyerang
buncis.
H. Teknik Penanaman
Air yang dibutuhkan buncis hanya secukupnya, sehingga saat menanam
yang paling baik yaitu saat peralihan. Hal ini sangat cocok untuk fase
pertumbuhan buncis, dan fase pengisian serta pemasakkan polong. Pada fase ini
di khawatirkan akan terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujannya
terlalu tinggi. Untuk mengatasi curah hujan yang terlalu tinggi dapat dibuat
saluran-saluran drainase, ini kalau penanamannya dilakukan pada musim hujan.
Sebaliknya, pada musim kemarau perlu dilakukan penyiraman sesering mungkin
terutama pada saat awal perkecambahan.
a.
Penentuan Pola Tanam
Tanaman buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena
penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar
tanaman lebih sempit daripada jarak antar barisan tanamannya. Dengan pola tanam
barisan akan mempermudah pekerjaan selanjutnya, seperti pemeliharaan,
pengairan, pemupukan, pembumbunan dan panen.
Jarak tanaman yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah
datar atau tanah miring. Dan bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya
menggunakan jarak tanam yang lebih sempit lagi, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari tumbuhnya gulma, karena gulma akan lebih cepat
tumbuh pada tanah yang subur. Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar
diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara dan cahaya
matahari.
b.
Pembuatan
Lubang Tanam
Setelah menentukan jarak tanam, kemudian membuat lubang tanam dengan cara
ditugal. Agar lubang tanam itu lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan
ajir, bambu, penggaris atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut juga
ditugal. Kedalaman tugal 4-6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur,
sedangkan untuk tanah liat dapat digunakan ukuran 2-4 cm. Hal ini disebabkan
pada tanah liat kandungan airnya cukup banyak, sehingga dikhawatirkan benih
akan busuk sebelum mampu berkecambah.
c.
Cara
Penanaman
Tanaman buncis tidak memerlukan persemaian karena termasuk tanaman
yang sukar dipindahkan, sehingga benih buncis dapat langsung ditanam di lahan/kebun.
Tiap lubang tanam dapat diisi 2-3 butir benih. Setelah itu lubang tanam ditutup
dengan tanah.
I.
Pemeliharaan Tanaman
a)
Penyulaman
Berikutnya Biji buncis dapat
tumbuh setelah lima hari sejak tanam, benih yang tidak tumbuh harus segera
diganti (disulam) dengan benih yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan
dibawah umur 10 hari setelah tanam, agar pertumbuhan bibit-bibit tidak berbeda
jauh dan memudahkan pemeliharaan.
b)
Pengguludan
Peninggian guludan atau bedengan
dilakukan pada saat tanaman berumur lebih 20 dan 40 hari. Lebih baik dilakukan
pada saat musim hujan. Tujuan dari peninggian guludan adalah untuk memperbanyak
akar, menguatkan tumbuhnya tanaman dan memelihara struktur tanah.
c)
Pemangkasan
Untuk memperbanyak
ranting-ranting agar diperoleh buah yang banyak, tanaman buncis perlu
dipangkas. Pemangkasan sebatas pembentukan sulurnya. Pelaksanaan pemangkasan
dilakukan bila tanaman telah berumur 2 dan 5 minggu. Pemang-kasan juga
dimaksudkan untuk mengurangi kelembapan di dalam tanaman sehingga dapat menghambat
perkembangan hama penyakit. Pucuk-pucuk tanaman hasil pangkasan dapat digunakan
sebagai sayuran.
d)
Pemupukan
Tindakan pemupukan pada tanaman
buncis perlu dilakukan dengan alasan hara tanaman yang disediakan oleh tanaman
dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-waktu zat hara akan berkurang karena
tercuci kadalm lapisan tanah, terbawa erosi bersama larutan tanah, hilang
melalui proses evaporasi (penguapan), dan diserap oleh tanaman. Apabila keadaan
tersebut dibiarkan terus menerus tanpa adanya perbaikan, maka makin lama
persediaan hara dalam tanah makin berkurang sehingga tanaman tumbuhnya merana.
Untuk mencukupi kebutuhan hara tersebut, perlu tambahan dari luar melalui
pemupukan. Diharapkan dengan pemupukan akan mengembalikan dan meningkatkan
kandungan hara dalam tanah, sehingga tanaman akan tumbuh subur dan produksinya
akan melimpah.
Pemupukan dimaksudkan untuk
memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman, karena hara yang disediakan tanah
tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Berkurangnya ketersediaan hara dalam
tanah disebabkan adanya proses erosi, pencucian, evaporasi (penguapan), atau
diserap oleh tanaman. Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk organik dan pupuk
kimia. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dicampur dengan tanah
bedengan sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pupuk anorganik yang diberikan berupa Urea,
SP36, dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg, 250 kg, dan 120 kg untuk tiap
hektar.
Pemupukan ini dapat dilakukan
pada umur 14-21 hari setelah tanam, caranya cukup ditunggal kurang lebih 10 cm
dari tanaman. Setelah itu ditutup kembali dengan tunggal atau diinjak dengan
kaki.
e)
Pengairan
Air yang diberikan alam sangat
bervariasi dan seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Untuk itu,
diperlukan pengaturan pengairan. Biasanya pengairan dilakukan bila penanamannya
dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada umur 1-15 hari. Pelaksanaannya
dilakukan 2 kali sehari, setiap pagi dan sore. Bila penanamannya dilakukan pada
musim hujan, yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan
air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat di antara bedengan
atau guludan.
Pada daerah seperti malino,
buncis tidak terlalu perlu sering-sering di siram, berbeda lagi kalau pada
musim kemarau, buncis di siram pada pagi dan sore hari. Namun pada musim hujan,
buncis tidak perlu di siram karna curah hujan yang tinggi.
f)
Pemeliharaan Lain
Untuk tanaman buncis tipe
merambat perlu diberi turus atau lanjaran, supaya pertumbuhannya dapat lebih
baik. Biasanya turus atau lanjaran ini dibuat dari bambu dengan ukuran panjang
2 m dan lebar 4 cm. Turus tersebut ditancap didekat tanaman. Setiap dua batang
turus yang berhadapan diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan
tampak lebih kokoh. Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan
dengan peninggian guludan yang pertama, yaitu pada tanaman berumur 20 hari.
J.
Panen dan Pasca Panen
1)
Panen
1.
Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman berumur 60 hari dan polong
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Warna
polong agak muda dan suram.
b) Permukaan kulitnya agak kasar.
c) Biji dalam polong belum menonjol.
d) Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup.
b) Permukaan kulitnya agak kasar.
c) Biji dalam polong belum menonjol.
d) Bila polong dipatahkan akan menimbulkan bunyi letup.
2.
Cara Panen
Dalam menentukan saat panen harus setepat mungkin sebab bila
sampai terlambat memetiknya beberapa hari saja maka polong bincis dapat
terserang penyakit bercak Cercospora. Penyakit tersebut sebenarnya hanya
menyerang daun dan bagian tanaman lainnya, tetapi karena saat pemetikan yang
terlambat maka penyakit tersebut berkembang sampai ke polong-polongnya.
Cara panen yang dilakukan biasanya dengan cara dipetik dengan
tangan. Penggunaan alat seperti pisau atau benda tajam yang lain sebaiknya
dihindari karena dapat menimbulkan luka pada polongnya. Kalau hal ini terjadi
maka cendawan atau bakteri dapat masuk kedalam jaringan, sehingga kualitas
polong menurun.
3.
Periode Panen
Pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap, yaitu setiap
2-3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polonh yang seragam dalam
tingkat kemasakkannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur lebih
dari 80 hari, atau kira0kira sejumlah 7 kali panen.
4.
Prakiraan Produksi
Bila dalam pelaksanaan budidaya tanaman buncis sudah baik, artinya
sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas maka produksi perhektar dapat
mencapai 150 kuintal polong segar.
2)
Pascapanen
1.
Sortasi
Sortasi meliputi kegiatan-kegiatan membuang atau memisahkan hasil
berdasarkan kualitas dan mengadakan klarifikasinya. Polong buncis yang cacat
akibat serangan hama dan penyakit, polong yang tua maupun polong yang patah
akibat panen yang kurang baik, semuanya kita pisahkan. Polong-polong yang
demikian hanya akan mengurangi nilai pasar dan nilai beli dari komoditi
tersebut.
Proses sortasi ini biasanya dilakukan ditempat-tempat pengumpulan
yang diletakkan tidak jauh dari lahan pertanian. Tempat dilakukannya sortasi
ini harus cukup terlindung, supaya hasil yang baru dipanen tidak lekas menjadi
layu.
2. Penyimpanan
Buncis termasuk sejenis sayuran yang tidak tahan disimpan lama
dalam keadaan segar, cepat rusak atau busuk sehingga disebut sebagai perishable
food. Hal ini terjadi karena setelah dipanen masih terjadi respirasi dan
transpirasi sehingga lama kelamaan komoditi ini mengalami kemunduran
(deterioration). Dengan kemunduran tersebut menyebabkan komoditi menjadi lebih
peka terhadap serangan jasad renik sehingga komoditi menjadi rendah mutunya dan
akhirnya membusuk.
Mengingat sifat buncis tersebut maka diperlukan penyimpanan khusus
bila buncis tidak langsung dikonsumsi. Cara penyimpanan yang biasa dilakukan
adalah sistem refrigarasi (pendinginan), dengan suhu 0-4,4 derajat C dan
kelembaban 85-90%. Pada keadaan yang demikian, maka umur kesegaran buncis bisa
mencapai 2-4 minggu. Ruangan penyimpanan diusahakan agar udara segar dapat
beredar dan selalu berganti.
Yang menjadi masalah adalah, masih ada sebagian orang yang
beranggapan bahwa dengan suhu dan kelembaban yang lebih rendah lagi akan
menghasilkanumur kesegaran yang lebih lama pula. Padahal pendapat ini kurang
benar pula. Penyimpanan pada suhu yang lebih rendah dengan suhu yang dianjurkan
memberikan hasil yang sama, sedangkan kelembaban yang terlampau rendah, akan
menyebabkan komoditi menjadi cepat layu.
3.
Pengepakkan/Pengemasan
Pada umumnya pengepakkan buncis
dilakukan dengan menggunakan karung goni. Untuk pengiriman jarak jauh ke luar
negri lebih baik menggunakan peti kayu, ukuran dan bentuknya sebaiknya seragam
supaya kelihatan rapi. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat alat mengepak
yaitu harus mempunyai lubang angin untuk memungkinkan pergantian udara di dalam
pengepak dan mudah diangkut oleh satu orang.
Setelah dilakukan pengepakan,
maka jangan lupa menuliskan nama pengusaha, nama komoditi, serta keterangan
lain yang dibutuhkan pada alat pengepak. Kebiasan buruk berupa pemberian kode
nama pemilik hendaknya dihilangkan, sebab yang mengenal kode tersebut hanya
perwakilan si pengusaha atau pedagang itu sendiri.
Dengan pengepakan yang baik,
banyak keuntungan yang diperoleh, antara lain dalam pengangkutan, komoditi akan
terlindung dari kerusakan fisik, mudah dalam penghitungannya dan mudah dalam
penyusunan baik di dalam alat pengangkut maupun di dalam gudang penyimpanan.
Biasanya pengangkutan hasil panen
dilakukan sesuai dengan tujuan pengirimnya. Pengangkutan dengan volume kecil
dan ditujukan kepedagang-pedagang setempat dapat dilakukan dengan tenaga
manusia, hewan atau kendaran bermotor. Pengangkutan dalam jarak jauh dengan
volume yang lebih besar dapat menggunakan kapal, kereta api, atau pesawat
terbang. Dalam memilih alat pengangkutan ini, yang penting adalah kelancaran
atau cepatnya sampai tujuan dan dipilih yang biayanya murah. Selain itu alat
tersebut harus bebas dari bau-bauan karena dapat meresap ke dalam hasil yang
diangkut.
Dalam menyusun karung maupun peti
harus teratur, terutama yang menyangkut letak dan tinggi susunan. Letak susunan
karung hendaknya diberi antara sehingga peredaran udara akan lebih leluasa.
Tinggi susunan juga diperhatikan, jangan sampai karung atau peti paling bawah
rusak karena terkena beban yang terlalu berat. Agar komoditi tidak cepat rusak
maka sebaiknya didalam alat pengangkut diberi pendingin terutama untuk angkutan
jarak jauh.
Pengepakan untuk Konsumen
Umumnya konsumen menghendaki
buncis dalam keadaan segar, bersih, sehat dan mempunyai ukuran yang sama. Untuk
itu diperlukan pengepakan lagi sebelum sampai kekonsumen. Pengepakan ini telah
dilakukan oleh produsen yang memasok buncis kepasar swalayan. Tiap pak
mempunyai berat sekitar 1-1,5 kg dan berisi buncis yang seragam ukurannya.
K.
Penanganan Hama dan Penyakit
1.
Hama
A. Kumbang daun
Kumbang Henose-pilachna signatipennis atau Epilachna
signatipennis, sering disebut kumbang daun epilachna yang termasuk famili
Curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, warna merah atau coklat kekuningan, panjang
antara 6-8 mm.
a.
Gejala :
Daun kelihatan berlubang-lubang bahkan kadang-kadang
tinggal kerangka atau tulang-tulang daunnya saja. Tanaman menjadi kerdil dan
polongnya kecil-kecil.
b.
Pengendalian
v bila sudah terlihat adanya telur, larva, maupun kumbangnya, maka
dapat langsung dibunuh dengan tangan;
v dengan pestisida organik (dengan campuran bw.putih, cabe rawit,
jahe, jeruk, sambiloto) ;
v atau dapat juga diberantas dengan insektisida Lannate 25 WP, dengan
konsentrasi 1,5-3 cc/l air atau 300-6001 larutan setiap hektar ;
v rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang.
B. Ulat Penggerek
polong (Etiella zinckenella)
Ulat Etiella zinckenella yang termasuk
dalam famili Pyralidae. Penyebarannya meliputi daerah tropis dan subtropis.
a. Gejala:
Polong yang masih muda mengalami
kerusakan, bijinya banyak yang keropos. Kerusakkan ini tidak sampai mematikan
tanaman buncis.
b.
Pencegahan
:
Lakukan sanitasi lahan yang benar.
Pasang perangkap kupu-kupu di beberapa tempat .
Balurkan perangkap kupu – kupu yang berbentuk lem, seperti
Cherry Glue dan Glumon,menggunakan kuas ke botol bekas air mineral atau
potongan pipa PVC.
c.
Pengendalian :
Ø Dilakukan
dengan tanam serentak,
Ø usahakan
pula tidak ada tanaman inang disekitar tanaman buncis, misalnya tanman
orok-orok perlu juga dilakukan penyemprotan dengan insektisida. Insektisida yang bisa digunakan di
antaranya Proclim 5 SG, Decis 25 EC, dan Buldok 25 EC. Gunakan dosis sesuai anjuran
yang tertera di label kemasan.
Ø penyemprotan
dengan pestisida organik (yang dicampur dengan bw.putih, cabe rawit, daun/niji
nimba, daun tomat, merica, sambiloto) . Waktu penyemprotan dilakukan segera
setelah diketahui adanya serangan dan dapat diulangi beberapa kali menurut
keperluan.
C. Lalat kacang
Lalat
Agromyza phaseoli yang termasuk dalam famili Agromyzidae. Lalat betina dan
jantan mempunyai ukuran yang berbeda. Lalat betina mempunyai panjang tubuh
kurang lebih 2,2 mm, sedang yang jantan hanya 1,9 mm.
a.
Gejalanya :
Daun berlubang-lubang dengan arah tertentu, yaitu dari
tepi daun menuju tangkai atau tulang daun, gejala lebih lanjut berupa pangkal
batang yang membengkok/pecah kemudian tanaman menjadi layu,berubah kuning, dan
akhirnya mati yang masih muda. Apabila tidak mati maka tumbuhnya kerdil
sehingga produksinya sedikit.
b.
Pengendalian
:
Setelah biji buncis ditanam sebaiknya segera diberi
penutup jerami daun pisang, penanaman dilakukan secara serentak.
Bila tanaman sudah terserang secara berat maka
segeralah dicabut dan dibakar atau dipendam dalam tanah, apabila erangan belum
terlalu berat maka segeralah diberi insektisida.
Namun, apabila serangan
masih kecil, disarankan agar menggunakan pestisida organik (dengan campuran
bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto).
Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur 20 hari, tergantung berat
ringan serangan.
D. Kutu daun
Aphis gossypii, yang
termasuk dalam famili Aphididae. Sifatnya polibag dan kosmopolitan yaitu dapat memakan
segala tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam,
antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu dan jeruk.
Warna kutu ini hijau tua sampai hitam atau kuning coklat.
a.
Gejala :
Akan lebih jelas terlihat pada tanaman-tanaman yang masih muda. Bila
serangannya hebat, maka pertumbuhannya Menjadi kerdil dan batang memutar
(mimilin). Daunnya menjadi keriting dan kadang berwarna kuning.
b.
Pengendaliannya
:
·
dengan cara memasukkan musuh alaminya yaitu lembing,
lalat dan jenis dari Coccoinellidae, atau dengan menggunakan insektisida
Orthene 75 Sp.
·
menggunakan pestisida
organik (dengan campuran bw.putih, bw.merah, cabe rawit, daun/niji nimba, daun
tomat, merica, sambiloto) Bila setelah disemprotkan masih terdapat
hamanya, maka penyemprotannya dapat diulang setiap 7-14 hari sekali.
E. Ulat jengkal
semu
Ulat jengkal semu ada dua dua spesies yang terdapat diperkebunan
buncis, yaitu Plusia signata (Phytometra signata) dan P. chalcites. Keduanya
termasuk kedalam famili Plusiidae. Panjang ulat P. chalcites kurang lebih 2 cm
berwarna hijau dengan garis samping berwarna lebih muda.
a. Gejalanya :
Dibawah daun terdapat telur yang bergerombol. Setelah
menetas ulatnya akan memakan daun-daun baik yang muda maupun yang tua. Daun
menjadi berlubang bahkan dapat habis sama sekali. Akibatnya, tanaman menjadi
kerdil karena tidak sempurna melakukan fotosintetis.
b. Pengendaliannya :
v Dapat
dibunuh satu persatu atau dengan sanitasi, yaitu membersihkan gulma-gulma yang
dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian hama tersebut.
v Bisa juga
dengan menggunakan insektisida Hotathion 40Ec.
v secara mekanik, yaitu dibunuh satu persatu, namun tidak
efektif;
v Dengan pestisida organik (dengan campuran bw.putih, cabe rawit,
daun/niji nimba, daun tomat, merica, sambiloto) dengan dosis di perbesar.
F. Ulat
penggulung daun (
Lamprosema indicate )
Ulat Lamprosema indicata dan L. diemenalis, keduanya termasuk
dalam famili Pyralidae.
a. Gejalanya :
Daun kelihatan seperti menggulung dan terdapat ulat
yang dilindungi oleh benang sutera dan kotoran. Polongnya sering pula ikut
direkatkan bersama-sama dengan daunnya. Daun juga nampak berlubang-lubang bekas
gigitan dari tepi sampai ketulang utama, hingga habis hanya tinggal
urat-uratnya saja.
b.
Pengendaliannya :
sebaiknya daun yang terkena segera dibuang atau
dibakar,
apabila masih ada serangan maka dilakukan
penyemperotan dengan insektisida. Insektisidanya yaitu Azodrin 15 WSC. Beberapa insektisida yang bisa di
gunakan adalah Detacron 500 EC, Curacron 500 EC, Profile 450 EC.
Lakukan
sanitasi lahan dengan benar.
Pasang
perangkap kupu-kupu di beberapa tempat.
penyemprotan pestisida
oraganik (dengan campuran bw.putih, cabe rawit, daun/niji nimba, daun tomat,
merica, sambiloto) Penyemprotan dapat diulang setiap 7 hari sampai tanaman
terbebas dari hama tersebut.
G.
Ulat
Perusak Daun ( Spedoptera litura, Plusia calchites, dan Piezodorus sp. )
Ketiga
jenis ulat ini sering menyerang dengan cara memakan daunnya. Srangga Spodoptera
litura lebih dominan dari pada kedua jenis lainnya. Pada tingkat serangan
parah, daun buncis bias dimakan habis.
a. Pencegahan :
Lakukan sanitasi lahan dengan benar.
Pasang perangkap kupu – kupu di
beberapa tempat.
Balurkan
perangkap kupu – kupu yang berbentuk lem, seperti Cherry Glue dan
Glumon,menggunakan kuas ke botol bekas air mineral atau potongan pipa PVC.
b. Pemberantasan :
Jika di temukan telur-telurnya yang
biasa menempel di balik daun, segera pungut, kemudian gerus dan kubur.
Jika serangan sudah tingkat yang
parah, semprotkan insektisida yang tepat. Patuhi anjuran dosis sesuai yang
tertera di label kemasan.
Insektisida
yang bisa di gunakan diantaranya Metido 25 WP, Prevaton 250 EC, Decis 2,5 EC,
Sumo 50EC, Buldok 25 EC.
Catatan
khusus :
Waktu penyemprotan yang efektif
antara pukul 08.00 – 11.00 atau pukul 15.00 – 18.00 yakni ketika turgor ( kandungan
air tanaman ) tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Jika turgor
tanaman dan kelembapan udara terlalu tinggi, maka dosis yang sebelumnya tepat
akan menjadi rendah, sehingga tidak mempan. Sebaliknya, jika turgor tanaman
terlalu rendah dengan terik tinggi, maka dosis yang semula tepat akan menjadi
tinggi, sehingga ada kemungkinan terjadi efek terbakar oleh pestisida.
2.
Penyakit
1. Penyakit
Antraknosa.
Cendawan
Colletotrichum lindemuthianum, termasuk dalam famili
Melanconiaccae.
a. Gejala :
Polong
Buncis muda terdapat bercak-bercak kecil dengan bagian tepi warna coklat karat
dengan warna kenerah-merahan. Bercak hitam atau
coklat tua di bagian batang tanaman tua. Bentuknya tidak beraturan antara
yang satu dengan yang lain, bila udara lembab akan terdapat spora yang berwarna
kemerah-merahan.
b. Pengendaliannya
:
Ø Sebaiknya
dipilih bibit yang benar-benar bebas dari penyakit atau dapat juga dengan
merendam benih dalam fungisida Agrosid 50SD sebelum ditanam.
Ø Dengan
penyemperotan fungisida Delsene Mx200, konsentrasi 1-2 gr/lt air.
Ø Juga bisa
dengan fungisida Velimek 80WP dengan konsentrasi 2-2,5gr/lt air.
Ø memakai benih yang benar-benar bebas dari penyakit;
Ø pergiliran tanaman, maksudnya untuk memotong siklus hidup cendawan
tersebut. Pergiliran tersebut dapat dengan tanaman lobak, wortel atau kol
bunga;
Ø penyemprotan pestisida organik.
B. Penyakit
Embun Tepung
Cendawan Erysiphe polygoni, yang termasuk dalam famili
Erysiphaceae.
a. Gejala :
Daun,
batang, bunga dan buah berwarna putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru).
Apabila
serangan pada bunga ringan, maka polong masih dapat terbentuk. Namun bila gagal
serangannya berat akan dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi
kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur,
tetapi akan meninggalkan bekas berwarna cokelat surat sehingga kualitasnya
menurun.
b. Pengendaliannya
:
o
Bagian yang sudah terserang sebaiknya dipotong atau
dibakar.
o
Dapat juga disemprot dengan fungisida Morestan 25WP,
konsentrasinya 0,5 - 1 gr/lt air dan volume larutan 1.000 lt/ha.
o
dapat juga disemprot dengan
pstisida organik. Atau dapat juga dilakukan penghembusasn dengan tepung
belerang.
C. Penyakit
Layu
Bakteri
Pseudomonas sollanacearum. Bakteri ini termasuk dalam famili pseudomonadeceae.
a. Gejala :
Tanaman akan terlihat layu, kuning
dan kerdil. Bila batang tanaman yang diserang dipotong melintang, maka akan
terlihat warna coklat atau dipijat akan keluarlah lendir yang berwarna putih. Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun. Akar yang
sakit juga berwarna cokelat.
b. Pengendaliannya
:
Dilakukan dengan cara menyiram tanaman dengan air yang
bebas dari penyakit,
Bila hendak membuat persemaian lebih baik tanah
disterilisasi dulu dengan air panas 100° C.
Dilakukan dengan penyemprotan fungisida Agrept 20 WP
dengan konsentrasi 0,5 - 1/lt air.
Dengan rotasi tanaman selama
2 tahun;
Penyebab layu dengan
gejala diatas disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum, termasuk dalam famil
Stilbellaceae.
a.
Gejala 2:
Gejala yang terlihat seperti gejala 1 di atas dengan sedikit
perbedaan. Perbedaannya yaitu bila batang yang terserang dipijit tidak
mengeluarkan lendir.
b.
Pengendalian:
Cara pengendalian hampir sama dengan cara pengendalian
Pseudomonas. Untuk mengendalikan cendawan ini dapat digunakan campuran
jelatang, kapur, kelor, mulsa daun bambu (pestisi organik) ini disemprotkan
pada semua batang merata.
D. Penyakit
Bercak daun
Cendawan Cercospora canescens, termasuk dalam famili Dematiaceae.
Sporanya dapat disebarkan melalui air hujan, angin, serangga, alat-alat
pertanian, manusia dan lain-lain.
a. Gejala :
Daun bercak kecil berwarna coklat kekuningan lama
kelamaan bercak akan melebar dan bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning.
Akibat lebih parah, dau akan menjadi layu dan berguguran. Bila sampai menyerang
polong, maka polong akan bercak kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan
ringan.
b. Pengendaliannya
:
v Sebelum
ditanam benih buncis direndam dulu dalam air panas dengan suhu 48° C selama 30 menit. Bilas dengan air dingin dan
keringkan.
v Dengan
penyemprotan menggunakan Baycor 300EC, konsentrasi 0,5 - 1 lt/ha. Bisa juga
menggunakan Bayleton 250EC, konsentrasi 0,25-0,5 lt/ha.
v rotasi tanaman
v memotong bagaian tanaman yang telah terserang;
v penyemprotan dengan pestisida organik. Penyemprotan diulang dengan
selang waktu 5-15 hari.
E. Penyakit
Hawar Daun
Bakteri Xanthomonas campestris
dari famili Pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat berkembang pada suhu lebih dari
20 derajat C dan suhu optimum 30 derajat C. Hidupnya bisa bertahan beberapa
tahun di dalam biji, tanah dan sisa-sisa tanaman yang sakit.
a. Gejala :
Pertama-tama terlihat bercak kuning dibagian tepi
daun, kemudian meluas menuju tulang bagian tengah. Daunnya terlihat layu,
kering dan coklat kekuningan. Bila serangannya hebat, daun terlihat berwarna
kuning, seluruhnya dan akhirnya rontok, gejala tersebut dapat meluas kebatang,
sehingga lama kelamaan tanaman akan mati.
b. Pengendaliannya
:
Dengan cara memilih benih yang berkwalitas baik.
Perendaman benih dalam Sublimat dengan dosis 1gr /Lt air selama 30 menit.
memakai benih yang bebas dari penyakit
menjaga kebersihan lahan.
F. Penyakit Busuk Lunak
Bakteri Erwinia carotopora,
termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini hanya menyerang bila ada
bagian tanaman yang luka, misalnya gigitan ulat atau memang sudah sakit karena
penyakit lain. Serangan ini dapat terjadi di lapangan atau di penyimpanan.
a. Gejala :
Daun bebercak, berair warnanya menjadi kecoklatan.
Gejala ini cepat menjalar ke seluruh bagian tanaman. Sehingga tanaman menjadi
lunak, berlendir dan berbau busuk. Kadang-kadang juga bisa
roboh bila yang terserang batangnya
b. Pengendaliannya
:
ü Tanaman yang
sudah terserang berat sebaiknya dibuang dan di bakar,
ü Dapat
dilakukan dengan menyemprotkan Cupravit OB-21, dengan konsentrasi 4gr/lt air,
Delsene Mx200, konsentrasi 2-4 gr/lt air.
ü Menjaga
kebersihan lingkungan tanaman,
ü Penyemprotan
dengan pestisida organik Penyemprotan dapat dilakukan setiap 7-10 hari sekali.
Penggunaan pestisida dapat dengan dioleskan pada bagian tanaman yang sakit.
G. Penyakit
Karat
Cendawan Uromyces appendiculatus, termasuk dalam ordo Uredinales.
Cendawan ini masih dapat bertahan pada bagian tanaman yang sakit walaupun
iklimnya kering. Serangan akan kembali menghebat pada musim hujan.
Penyebarannya dapat melalui hembusan angin, percikan atau aliran air, serangga
maupun terbawa dalam pengangkutan bibit-bibit tanaman di daerah lain
a. Gejala :
Pada
jaringan daun terdapat bintik-bintik kecil berwarna coklat, baik dibagian daun
sebelah atas maupun sebelah bawah. Biasanya dikelilingi dengan jaringan
khlorosis. varietes yang tahan, gejalanya hanya
berupa bintik-bintik cokelat saja.
b. Pengendaliannya
:
Dapat ditanam varitas buncis yang tahan dengan
penyakit karat yaitu ; Manoa Wonder.
Tanaman yang terserang berat sebaiknya dicabut dan
dibakar.
Menggunakan pestisida
organik Penyemprotannya dilakukan bila intensitas serangan mencapai 10% dengan
selang waktu 7 hari.
Jika
gejala awal sudah muncul, segera semprot dengan fungisida yang tepat.
Beberapa
fungisida yang bisa di gunakan adalah Score 250 EC, Previcur N 722 SL, Chocrick
25 WP, Topsin M 40 WP, Topsindo 40 WP.
Untuk
memperoleh hasil yang maksimal dan membentuk antibodi bisa di tambahkan Calsium
MULTI-CAL dengan dosis 5 sendok per 14 liter air.
H. Penyakit
Damping Off
Cendawan Phytium sp, termasuk dalam famili Phytiaceae.
Penularannya dapat melalui tanah maupun biji. Serangannya akan sangat hebat
bila suhu dan kelembaban udara cukup tinggi.
a. Gejala :
Bagian batang bawah yang terletak dibagian keping biji
terlihat berwarna putih pucat karena mengalami kerusakan khlorofil. Akibatnya terjadi nekrosa secara cepat, jaringan yang berada di
atas tanah menjadi mengkerut dan mengecil sehingga batang tidak kuat lagi
menyangga kotiledon dan kemudian tanaman menjadi roboh.
b. Pengendaliannya
:
Siram tanaman dengan air yang bebas penyakit, media
semai yang dipakai juga yang telah disterilkan terlebih dahulu.
Bisa juga menggunakan Antracol 70WP, konsentrasi
2gr/lt air,
Menyemprotkan pestisida
organik yang telah disesuaikan.
I.
Penyakit ujung keriting
Virus mosaik keriting,
yang penularannya biasanya melalui vektor serangga yaitu sejenis kutu loncat
dari famili Yassidae. Dari tingkat muda sampai dewasa, kutu ini dapat menjadi
pembawa (carrier) virus tersebut.
a.
Gejala:
Daun-daun muda menjadi keriting dan berwarna kuning, sedang daun
yang sudah tua menggulung atau memilin. Biasanya daun-daun terasa lebih kaku,
tangkai daun mengeriting ke bawah dan batang tidak normal. Tanaman muda yang
terserang menjadi kerdil.
b.
Pengendalian:
ü Menanam bibit yang tahan penyakit seperti spurt dan strike;
ü Mencabut dan membakar tanaman yang telah terserang penyakit;
ü Melakukan penyemprotan pestisida organik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar