BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jika jumlah sub daerah makin besar (n→∞), maka
integral rangkap (lipat dua) dari fungsi f(x,y) atas daerah R didefinisikan :
Untuk menghitung integral
lipat dua dapat digunakan integral berulang yang ditulis dalam bentuk :
Dimana integral yang ada dalam kurung harus dihitung
terlebih dahulu dengan menganggap variabel Y konstanta, kemudian hasilnya diintegral kembali
terhadap Y.
Dimana integral yang ada dalam kurung harus dihitung
terlebih dahulu dengan menganggap variable X konstanta, kemudian hasilnya diintegral kembali
terhadap X.
Jika integral lipat dua
diatas ada, maka (a) dan (b) secara umum akan memberikan hasil yang sama.
1.2 TUJUAN
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
Ø Untuk
mengetahui cara penghitungan mengenai permasalahan tentang momen inersia,
Ø Untuk
menjelaskan materi tenteng penerapan integrla lipat ganda-dua khusunya pada
momen inersia (bidang fisika).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENERAPAN INTEGRAL LIPAT-DUA
Penerapan
integral lipat-dua yang paling jelas adalah dalam penghitungan volume benda
pejal. Penggunaan integral ganda-dua yang demikian telah digambarkan secara
luas, sehingga sekarang berpaling kepenerapan dalam bidang fisika, antara lain
massa, pusat massa, momen inersia, dan radius kitaran. Namun pada makalah ini
akan dibahas mengenai penerapan integral ganda-dua pada momen inersia.
MOMEN INERSIA
Momen inersia
(disebut juga momen kedua) dari
partikel bermassa
terhadap suatu sumbu
dan
adalah jarak dari partikel ke sumbu
didefinisikan sebagai
. kita perluas konsep ini terhadap
lamina dengan fungsi kerapatan
dan menempati daerah D dengan cara melanjutkan
prosesnya seperti yang kita lakukan seperti momen biasa.
Kita
bagi D menjadi segiempat-segiempat kecil, menghanpiri momen inersia
masing-masing segiempat bagian terhadap sumbu-x, dan mengambil limit jumlah pada saat banyaknya segiempat bagian
menjadi besar. Hasilnya adalah momen
inersia lamina terhadap sumbu-x.
Secara
serupa, momen inersia terhadap sumbu-y adalah
Merupakan
hal yang menarik juga untuk meninjau momen
inersia terhadap titik asal, juga disebut momen inersia polar.
Perhatikan
bahwa
Contoh 1:
Carilah
momen inersia
dan
dari cakram homogen D
dengan kerapatan
pusat dititik asal, dan jari-jari a.
Solusi:
Perbatasan
dari D adalah lingkaran
dan koordinat polar D dideskripsikan oleh
,
.
Langkah
pertama marilah kita hitung
:
Alih-alih
menghitung Ix dan Iy secara langsung, kita gunakan fakta bahwa
dan
(dari simetri soal ini). Jadi
Pada
contoh ini, perhatikan bahwa massa cakram adalah
sehingga
momen inersia cakram terhadap titik asal (seperti roda terhadap sumbunya) dapat
dituliskan sebagai :
Jadi,
jika kita memperbesar massa atau jari-jari cakram, kita akan memperbesar momen
inersia.
Umumnya,
momen inersia memainkan peranan yang hampir sama dalam gerakan perputaran
(rotasi) seperti yang dimainkan massa dalam gerakan linier. Momen inersia
rodalah yang mempersulit kita untuk memulai atau menghentikan perputaran roda,
sama halnya seperti massa mobil yang membuat sukar untuk memulai atau
menghentikan gerakan mobil.
Jari-jari putaran (gyration) lamina terhadap suatu sumbu adalah R sedemikian rupa sehingga:
Keterangan:
·
m
=
massa lamina
·
I
=
momen inersia terhadap sumbu yang diberikan
Persamaan
diatas menjelaskan bahwa jika massa lamina terpusatkan pada jarak R dari sumbu,
maka momen inersia “massa titik” ini akan sama seperti momen inersia lamina.
Khususnya
jari-jari putaran
terhadap sumbu-x dan jari-jari putaran
terhadap sumbu-y
diberikan oleh persamaan
Jadi,
adalah titik
tempat massa lamina dapat dipusatkan tanpa mengubah momen inersia terhadap
sumbu-sumbu koordinat.
Contoh
2:
Seperti dicatat, massa
cakram adalah
sehingga dari
persamaan
kita mempunyai
:
Karena itu jari-jari
putaran terhadap sumbu-x adalah
yang merupakan setengah
jari-jari cakram.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari makalah ini adalah momen inersia suatu benda dalam gerak putar, memainkan
peranan yang serupa terhadap massa benda dalam gerak linier. Dengan perkataan
lain, momen-momen inersia dari partikel-partikel mandiri. Sehingga, untuk
menghitung momen inersia lamina terhadap sumbu-sumbu x, y, dan z adalah
·
Pada sumbu-x :
·
Pada sumbu-y :
·
Pada sumbu-z :
3.2
KRITIK DAN SARAN
Demikianlah makalah ini yang dapat saya
buat,jika terdapat kesalahan dalam penyajian harap di maklumi. Untuk
penyempurnaan dari makalah ini, saya menampung kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Purcell, Edwin J & Dale Varberg. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 2, Erlangga,
1987.
Stewart, James. Kalkulus Jilid 2, Erlangga, 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar